Orang sering salah paham terhadap Islam.
Kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan dianggap sebagai Islam ternyata bukan
Islam dan kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan dianggap bukan Islam
ternyata itu adalah Islam. Kenapa ini bisa terjadi?
Itu karena banyak orang tidak paham
tentang Islam. Ini tidak hanya menimpa orang awam saja tetapi juga para
intelektualnya. Maka dirasa sangat perlu untuk dimengerti oleh setiap orang
akan pengertian Islam agar orang tidak salah paham dan itu mesti diambil dari
sumber aslinya yakni Al-Qur’an, bukan dari pendapat-pendapat orang atau yg
lainnya. Dan tidak mungkin Allah tidak menjelaskan secara tersurat maupun
tersirat di dalam Al-Qur’an dalam perkara ini. Dan saya telah menemukan
penjelasannya.
..................................................................................................................................................................
Kata Islam itu berasal dari bahasa Arab
al-islam ( اَلْاِسْلَامُ). Kata al-islam ini ada di dalam
Al-Qur’an dan di dalamnya terkandung pula pengertiannya, diantaranya dalam
surat Ali Imron (3) ayat 19 dan surat Al-Maidah (5) ayat 3. Apa yang dapat kita
pahami dari kedua ayat ini? Berikut ini penjelasannya.
Al-Qur’an
surat Ali Imron (3) ayat 19, lafalnya, “ innad-dina ‘indallohil-islam…”,
artinya, “ Sesungguhnya “ad-din” di sisi Allah (adalah) al-islam…”
Yang
dapat dipahami dari ayat ini adalah bahwa “al-islam” adalah nama suatu “ad-din”
(jalan hidup) yang ada di sisi Alloh (‘indallah). Ad-din maknanya adalah
al-millah atau ash-shirot atau jalan hidup, ia berupa bentuk-bentuk keyakinan
(al-‘aqidah) dan perbuatan (al-‘amal).
Al-islam
sebagai ad-din yang ada di sisi Allah, tentunya berupa bentuk-bentuk keyakinan
dan perbuatan yang ditentukan dan ditetapkan oleh Allah dan bukan hasil dari
buah pikiran manusia, karenanya ia dinamakan juga dinulloh (QS 110 ayat 2).
Al-islam
itu diperuntukkan bagi manusia sebagai petunjuk dari Allah (huda minalloh)
kepada manusia (QS 28 ayat 50) di dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.
Sementara itu Allah berfirman, lafalnya, “ al-haqqu mir-robbika fala takunanna
minal-mumtarin “ (QS 2 ayat 147), artinya, “ Al-Haq (kebenaran) itu dari robb
(Tuan, Tuhan) engkau (wahai Muhammad saw) (yakni dari Allah) maka janganlah
engkau termasuk orang-orang yang ragu “.
Firman
Alloh ini menyatakan dengan jelas sekali bahwa al-haqqu (kebenaran) itu dari
Allah (robb-nya Muhammad saw). Oleh karena al-islam itu ada di sisi Allah, sementara
itu al-haqqu itu dari Allah maka tentunya al-islam itu tidak lain adalah
al-haqqu (kebenaran) yang berasal dari Allah itu.
Sementara
itu pula, Allah berfirman, lafalnya, “
…wa innaka latahdi ila shirothim mustaqim, shirothillahil-ladzi lahu ma
fis-samawati wa ma fil-ardhi…” (QS 42 ayat 52-53), artinya, “ …dan sesungguhnya
engkau (wahai Muhammad saw) benar-benar memberi petunjuk kepada
“ash-shirothol-mustaqim” (jalan yang harus ditegakkan) (yakni) “ash-shiroth”
(jalan) (yang ditentukan dan ditetapkan oleh) Allah yang mana milik-Nya
(segala) apa-apa yang ada di langit-langit dan apa-apa yang ada di bumi…”.
Firman
Allah ini menyatakan dengan jelas sekali bahwa “ ash-shirothol-mustaqim” adalah
“ash-shiroth” (jalan) yang ditentukan dan ditetapkan oleh Allah yang tentu
berasal dari Allah pula. Oleh karena al-islam itu di sisi Allah, sementara itu
“ash-shirothol-mustaqim” adalah jalan yang ditentukan dan ditetapkan oleh Allah
dan berasal dari Allah, maka tentunya al-islam itu tidak lain adalah juga
“ash-shirothol-mustaqim” yang berasal dari Allah. Yang mana misi Iblis dan bala
tentaranya berusaha menjauhkan manusia dari “ash-shirothol-mustaqim” ini (QS 7
ayat 16) yang berarti pula menjauhkan manusia dari al-islam.
..................................................................................................................................................................
Jika
al-islam itu ada di sisi Allah, lalu bagaimana ia bisa sampai kepada manusia?
Ya
tentu hanya melalui wahyu Allah dan penjelasannya yang Allah turunkan kepada
para Nabi dan Rosul-Nya dari Adam as hingga Muhammad saw, termasuk Isa putra
Maryam as, Musa as, Nuh as, Ibrohim as, dll. Dan al-islam dalam bentuknya yang
final (tidak ada lagi perubahan) dan sempurna (mencakup segala segi kehidupan
dan tidak perlu penambahan atau pengurangan) yang tentu diturunkan kepada Nabi
dan Rosul-Nya yang terakhir, Muhammad saw, melalui Al-Qur’an dan
penjelasannya(QS 75 ayat 19).
Dari
ayat ini pula kita pahami bahwa penamaan ad-din ini dengan al-islam adalah
penamaan dari Allah sendiri, bukan dari manusia. Suatu nama biasanya memiliki
arti, demikian juga dengan al-islam juga memiliki arti, yakni “al-inqiyadu
li-amaril-amiri wa nahihi bila i’tirodh “, yang artinya,”
tunduk/patuh/berserah-diri kepada perintah dan larangan yang memerintah tanpa penolakan
“. Namun dalam hal ini al-islam itu adalah tunduk/patuh/berserah-diri kepada
Allah saja, bukan tunduk/patuh/berserah-diri kepada apa saja yang dianggap
sebagai robb (Tuan, Tuhan) dan ilah (Tuan, Tuhan), karena Allah berfirman,
lafalnya, “ wa man ahsanu dinan mimman aslama wajhahu lillahi wa huwa
muhsinun…”(QS 4 ayat 125), artinya, “ Dan siapakah yang labih baik ad-din-(nya)
dari pada orang-orang yang tunduk/patuh/berserah-diri kepada Allah dan dia
berbuat baik…”. Maka tunduk/patuh/berserah-diri kepada robb-robb dan ilah-ilah
selain Allah tidak berhak dinamakan al-islam dan lebih tepat jika dinamakan
ghoirul-islam.
.................................................................................................................................................................
Dan karena
al-islam itu dari Allah tentu saja ia diridhoi Allah.
Al-Qur’an
surat Al-Maidah (5) ayat 3, lafalnya, “ …al-yauma akmaltu lakum dinakum wa
atmamtu ‘alaikum ni’mati wa rodhitu lakumul-islama dina…”, artinya, “ …pada
hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian ad-din kalian dan telah Aku
sempurnakan pula ni’mat-Ku atas kalian dan Aku ridho al-islam sebagai ad-din
bagi kalain…”
Kata
“al-yauma” yang artinya “pada hari ini” , yang dimaksud adalah hari
diturunkannya ayat ini yakni pada hari jum’at di padang Arofah setelah waktu
Ashr ketika Muhammad saw menunaikan haji wada’. Lalu kalimat “ akmaltu lakum
dinakum “, yang artinya, “ telah Aku sempurnakan untuk kalian ad-din kalian “,
yang dimaksud dengan kata “kalian” dalam frasa “ad-din kalian” adalah Muhammad
saw dan para sahabat ra.
Kenapa?
Karena ayat ini turun kepada mereka dan berbicara tentang mereka. Jadi yang
dimaksud dengan “ad-din kalian” adalah dinu Muhammad saw dan para sahabat ra
yang berupa bentuk-bentuk keyakinan (al-‘aqidah) dan perbuatan (al-‘amal) yang
ada pada Muhammad saw (secara individu) dan para sahabat ra ( secara
komunitas), yang mana itu merupakan penerapan, tafsir, penjelasan dari
pada Al-Qur’an atas petunjuk langsung dari Allah yang dari-Nya al-islam itu
berasal (QS 3 ayat 19). Hal itu karena Muhammad saw hanyalah mengikuti
apa saja yang diwahyukan kepadanya dari Allah (QS 10 ayat 15, QS 46 ayat 9) dan
menerima penjelasan bagaimana menerapkannya, maka terbentuklah suatu
bentuk-bentuk keyakinan dan perbuatan atau ad-din atau jalan hidup yang ada
pada Muhammad saw, sehingga Aisyah ra mensifati Muhammad saw dengan kalimat “
kana khuluquhul-qur’an “, yang artinya, “ Akhlak Beliau saw adalah Al-Qur’an”.
Dan para sahabat adalah sekelompok orang yang paling baik dalam mengikuti
Muhammad saw (QS 9 ayat 117) karena perkataan mereka “sami’na wa atho’na”, yang
artinya, “ kami dengar dan kami taat” (QS 2 ayat 185).
.................................................................................................................................................................
Lalu
kalimat “wa rodhitu lakumul-islama dinan”, yang artinya, “ dan Aku telah ridho
al-islam sebagai ad-din bagi kalian”.
Dalam
kalimat ini Allah menyebut dinu Muhammad saw dan para sahabat ra dengan sebutan
al-islam. Oleh karena dalam ayat ini digunakan kata ad-din (kata tunggal,
bentuk jamaknya adalah ad-adyan), maka ini berarti dinu Muhammad saw dan para
sahabat itu satu, sama. Oleh karena Muhammad saw pihak yang meneirma wahyu dan
penjelasannya dan menerapkan wahyu tersebut dengan baik (QS 33 ayat 2) maka
al-islam itu pastilah “dinu Muhammadin saw “ atau”millatu Muhammadin saw” atau
“ sunnatu Muhammadin saw” atau jalan hidup Muhammad saw (tapi bukan Beliau saw
yang yang membikinnya) atau yang sering disebut dengan as-sunnah.
Jadi dengan
demikian al-islam adalah as-sunnah dan as-sunnah adalah al-islam. Sesuatu bentuk
keyakinan dan perbuatan yang tidak ada di dalam as-sunnah tidak bisa dinamakan
Islami. Dan dikatakan di dalam Al-Qur’an surat 27 ayat 79, lafalnya, “…innaka
‘alal-haqqil-mubin”, artinya, “…sesungguhnya engkau (wahai Muhammad saw) berada
di atas al-haqq (kebenaran) yang nyata”. Dan yang ada pada Muhammad saw adalah
as-sunnah.
Sementara
itu as-sunnah adalah al-islam dan al-islam adalah al-haqq yang berasal dari Allah,
maka tentu Muhammad saw itu berada di atas al-haqqu. Dan dikatakan pula dalam
Al-Qur’an surat 36 ayat 3-4, lafalnya, “ innaka laminal-mursalin. ‘ala shirotim
mustaqim”, artinya, “ Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad saw) benar-benar
(salah seorang diantara) para Rosul. (Yang berada) diatas ash-shirothol-mustaqim
(jalan yang harus ditegakkan) “. Dan yang ada pada Muhammad saw adalah
as-sunnah.
Sementara
itu as-sunnah adalah al-islam dan al-islam adalah “ashirothol-mustaqim” yang
merupakan “ash-shiroth” (jalan) (yang ditentukan dan ditetapkan) Alloh, maka
tentu Muhammad saw berada di atas “ash-shirothol-mustaqim” (jalan yang harus
ditegakkan). Sementara itu Muhammad saw telah bersabda, lafalnya, “ man ‘amila
‘amalan laisa ‘alaihi amruna fa huwa roddun “, artinya, “ Barang siapa yang
beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah/urusan (tidak ada
contohnya) pada kami (yakni Muhammad saw dan para sahabat ra) maka (amalan
tersebut) tertolak “ (HR Muslim dari Aisyah ra).
Dan
sementara itu pula Muhammad saw telah bersabda, lafalnya, “…wa iyyakum wa muhdatsatil-umur
fa inna kulla muhdatstin bid’atun wa kulla bid’atin dholalatun”, artinya, “
…dan berhati-hatilah (janganlah) kalian membuat perkara-perkara baru (dalam
ad-din) karena setiap perkara baru (dalam ad-din) adalah bid’ah dan setiap
bid’ah a dalah kesesatan “ (HR Tirmidzy dan Abu Dawud dari Irbadh bin Sariyyah
ra).
Kedua
sabda Muhammad saw ini menegaskan bahwa al-islam, yang berasal dari Alloh itu,
seluruhnya ada di dalam as-sunnah.
..................................................................................................................................................................
Muhammad
saw dan para sahabat ra adalah sekelompok orang yang paling tahu al-islam
karena kepada mereka al-islam itu (melalui Al-Qur’an dan penjelasannya) turun
dan karenanya pula mereka dipuji oleh Allah dengan sebutan “khoiru ummah” (umat
yang terbaik) (QS 3 ayat 110). Sebutan itu diberikan bukan karena kemajuan sains
dan tehnologi atau apa, tapi lebih disebabkan oleh karena mereka meyakini dan
mengamalkan al-islam dengan sebaik-baiknya.
..................................................................................................................................................................
Kita
yang hidup di zaman sekarang ini mengetahui al-islam hanya dari Al-Qur’an dan
as-sunnah yang tercatat di dalam hadits-hadits (kabar-kabar) yang shohih (yang
valid). Sehingga kita bisa tahu suatu keyakinan dan perbuatan itu Islami atau
bukan kalau kita tahu banyak tentang Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shohih.
Kalau suatu keyakinan dan perbuatan itu ada dasarnya dalam Al-Qur’an dan hadits
yang shohih itu pasti keyakinan dan perbuatan yang Islami, bila tidak dari mana
bisa disebut Islami.
Sumber:
Totok Kusmardiyanto (kompasiana.com)