Jumat, 11 Mei 2012

Pengertian Iman



Iman (bahasa Arab:الإيمان) secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن) -- yukminu' (يؤمن) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'.

Iman adalah pembenaran dengan hati, perkataan dengan lisan dan pengamalan dengan anggota tubuh dan amal perbuatan nerupakan bagian dari iman.
.........................................................................................................................................

Pandangan Islam

Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua Iman Hak dan Iman Batil.
.........................................................................................................................................

Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup.
..........................................................................................................................................

Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota).

Sumber: yahoo.enswer..

Pengertian Islam (kajian filsafat)




Orang sering salah paham terhadap Islam. Kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan dianggap sebagai Islam ternyata bukan Islam dan kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan dianggap bukan Islam ternyata itu adalah Islam. Kenapa ini bisa terjadi?

Itu karena banyak orang tidak paham tentang Islam. Ini tidak hanya menimpa orang awam saja tetapi juga para intelektualnya. Maka dirasa sangat perlu untuk dimengerti oleh setiap orang akan pengertian Islam agar orang tidak salah paham dan itu mesti diambil dari sumber aslinya yakni Al-Qur’an, bukan dari pendapat-pendapat orang atau yg lainnya. Dan tidak mungkin Allah tidak menjelaskan secara tersurat maupun tersirat di dalam Al-Qur’an dalam perkara ini. Dan saya telah menemukan penjelasannya.
..................................................................................................................................................................

Kata Islam itu berasal dari bahasa Arab al-islam ( اَلْاِسْلَامُ). Kata al-islam ini ada di dalam Al-Qur’an dan di dalamnya terkandung pula pengertiannya, diantaranya dalam surat Ali Imron (3) ayat 19 dan surat Al-Maidah (5) ayat 3. Apa yang dapat kita pahami dari kedua ayat ini? Berikut ini penjelasannya.

Al-Qur’an surat Ali Imron (3) ayat 19, lafalnya, “ innad-dina ‘indallohil-islam…”, artinya, “ Sesungguhnya “ad-din” di sisi Allah (adalah) al-islam…”

Yang dapat dipahami dari ayat ini adalah bahwa “al-islam” adalah nama suatu “ad-din” (jalan hidup) yang ada di sisi Alloh (‘indallah). Ad-din maknanya adalah al-millah atau ash-shirot atau jalan hidup, ia berupa bentuk-bentuk keyakinan (al-‘aqidah) dan perbuatan (al-‘amal).

Al-islam sebagai ad-din yang ada di sisi Allah, tentunya berupa bentuk-bentuk keyakinan dan perbuatan yang ditentukan dan ditetapkan oleh Allah dan bukan hasil dari buah pikiran manusia, karenanya ia dinamakan juga dinulloh (QS 110 ayat 2).

Al-islam itu diperuntukkan bagi manusia sebagai petunjuk dari Allah (huda minalloh) kepada manusia (QS 28 ayat 50) di dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Sementara itu Allah berfirman, lafalnya, “ al-haqqu mir-robbika fala takunanna minal-mumtarin “ (QS 2 ayat 147), artinya, “ Al-Haq (kebenaran) itu dari robb (Tuan, Tuhan) engkau (wahai Muhammad saw) (yakni dari Allah) maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu “.

Firman Alloh ini menyatakan dengan jelas sekali bahwa al-haqqu (kebenaran) itu dari Allah (robb-nya Muhammad saw). Oleh karena al-islam itu ada di sisi Allah, sementara itu al-haqqu itu dari Allah maka tentunya al-islam itu tidak lain adalah al-haqqu (kebenaran) yang berasal dari Allah itu.

Sementara itu pula,  Allah berfirman, lafalnya, “ …wa innaka latahdi ila shirothim mustaqim, shirothillahil-ladzi lahu ma fis-samawati wa ma fil-ardhi…” (QS 42 ayat 52-53), artinya, “ …dan sesungguhnya engkau (wahai Muhammad saw) benar-benar memberi petunjuk kepada “ash-shirothol-mustaqim” (jalan yang harus ditegakkan) (yakni) “ash-shiroth” (jalan) (yang ditentukan dan ditetapkan oleh) Allah yang mana milik-Nya (segala) apa-apa yang ada di langit-langit dan apa-apa yang ada di bumi…”.

Firman Allah ini menyatakan dengan jelas sekali bahwa “ ash-shirothol-mustaqim” adalah “ash-shiroth” (jalan) yang ditentukan dan ditetapkan oleh Allah yang tentu berasal dari Allah pula. Oleh karena al-islam itu di sisi Allah, sementara itu “ash-shirothol-mustaqim” adalah jalan yang ditentukan dan ditetapkan oleh Allah dan berasal dari Allah, maka tentunya al-islam itu tidak lain adalah juga “ash-shirothol-mustaqim” yang berasal dari Allah. Yang mana misi Iblis dan bala tentaranya berusaha menjauhkan manusia dari “ash-shirothol-mustaqim” ini (QS 7 ayat 16) yang berarti pula menjauhkan manusia dari al-islam.
..................................................................................................................................................................

Jika al-islam itu ada di sisi Allah, lalu bagaimana ia bisa sampai kepada manusia?

Ya tentu hanya melalui wahyu Allah dan penjelasannya yang Allah turunkan kepada para Nabi dan Rosul-Nya dari Adam as hingga Muhammad saw, termasuk Isa putra Maryam as, Musa as, Nuh as, Ibrohim as, dll. Dan al-islam dalam bentuknya yang final (tidak ada lagi perubahan) dan sempurna (mencakup segala segi kehidupan dan tidak perlu penambahan atau pengurangan) yang tentu diturunkan kepada Nabi dan Rosul-Nya yang terakhir, Muhammad saw, melalui Al-Qur’an dan penjelasannya(QS 75 ayat 19).

Dari ayat ini pula kita pahami bahwa penamaan ad-din ini dengan al-islam adalah penamaan dari Allah sendiri, bukan dari manusia. Suatu nama biasanya memiliki arti, demikian juga dengan al-islam juga memiliki arti, yakni “al-inqiyadu li-amaril-amiri wa nahihi bila i’tirodh “, yang artinya,” tunduk/patuh/berserah-diri kepada perintah dan larangan yang memerintah tanpa penolakan “. Namun dalam hal ini al-islam itu adalah tunduk/patuh/berserah-diri kepada Allah saja, bukan tunduk/patuh/berserah-diri kepada apa saja yang dianggap sebagai robb (Tuan, Tuhan) dan ilah (Tuan, Tuhan), karena Allah berfirman, lafalnya, “ wa man ahsanu dinan mimman aslama wajhahu lillahi wa huwa muhsinun…”(QS 4 ayat 125), artinya, “ Dan siapakah yang labih baik ad-din-(nya) dari pada orang-orang yang tunduk/patuh/berserah-diri kepada Allah dan dia berbuat baik…”. Maka tunduk/patuh/berserah-diri kepada robb-robb dan ilah-ilah selain Allah tidak berhak dinamakan al-islam dan lebih tepat jika dinamakan ghoirul-islam.
.................................................................................................................................................................

Dan karena al-islam itu dari Allah tentu saja ia diridhoi Allah.

Al-Qur’an surat Al-Maidah (5) ayat 3, lafalnya, “ …al-yauma akmaltu lakum dinakum wa atmamtu ‘alaikum ni’mati wa rodhitu lakumul-islama dina…”, artinya, “ …pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian ad-din kalian dan telah Aku sempurnakan pula ni’mat-Ku atas kalian dan Aku ridho al-islam sebagai ad-din bagi kalain…”

Kata “al-yauma” yang artinya “pada hari ini” , yang dimaksud adalah hari diturunkannya ayat ini yakni pada hari jum’at di padang Arofah setelah waktu Ashr ketika Muhammad saw menunaikan haji wada’. Lalu kalimat “ akmaltu lakum dinakum “, yang artinya, “ telah Aku sempurnakan untuk kalian ad-din kalian “, yang dimaksud dengan kata “kalian” dalam frasa “ad-din kalian” adalah Muhammad saw dan para sahabat ra.

Kenapa? Karena ayat ini turun kepada mereka dan berbicara tentang mereka. Jadi yang dimaksud dengan “ad-din kalian” adalah dinu Muhammad saw dan para sahabat ra yang berupa bentuk-bentuk keyakinan (al-‘aqidah) dan perbuatan (al-‘amal) yang ada pada Muhammad saw (secara individu) dan para sahabat ra ( secara komunitas), yang mana itu merupakan penerapan, tafsir, penjelasan dari pada Al-Qur’an atas petunjuk langsung dari Allah yang dari-Nya al-islam itu berasal (QS 3 ayat 19). Hal itu karena Muhammad saw hanyalah mengikuti apa saja yang diwahyukan kepadanya dari Allah (QS 10 ayat 15, QS 46 ayat 9) dan menerima penjelasan bagaimana menerapkannya, maka terbentuklah suatu bentuk-bentuk keyakinan dan perbuatan atau ad-din atau jalan hidup yang ada pada Muhammad saw, sehingga Aisyah ra mensifati Muhammad saw dengan kalimat “ kana khuluquhul-qur’an “, yang artinya, “ Akhlak Beliau saw adalah Al-Qur’an”. Dan para sahabat adalah sekelompok orang yang paling baik dalam mengikuti Muhammad saw (QS 9 ayat 117) karena perkataan mereka “sami’na wa atho’na”, yang artinya, “ kami dengar dan kami taat” (QS 2 ayat 185).
.................................................................................................................................................................

Lalu kalimat “wa rodhitu lakumul-islama dinan”, yang artinya, “ dan Aku telah ridho al-islam sebagai ad-din bagi kalian”.

Dalam kalimat ini Allah menyebut dinu Muhammad saw dan para sahabat ra dengan sebutan al-islam. Oleh karena dalam ayat ini digunakan kata ad-din (kata tunggal, bentuk jamaknya adalah ad-adyan), maka ini berarti dinu Muhammad saw dan para sahabat itu satu, sama. Oleh karena Muhammad saw pihak yang meneirma wahyu dan penjelasannya dan menerapkan wahyu tersebut dengan baik (QS 33 ayat 2) maka al-islam itu pastilah “dinu Muhammadin saw “ atau”millatu Muhammadin saw” atau “ sunnatu Muhammadin saw” atau jalan hidup Muhammad saw (tapi bukan Beliau saw yang yang membikinnya) atau yang sering disebut dengan as-sunnah.

Jadi dengan demikian al-islam adalah as-sunnah dan as-sunnah adalah al-islam. Sesuatu bentuk keyakinan dan perbuatan yang tidak ada di dalam as-sunnah tidak bisa dinamakan Islami. Dan dikatakan di dalam Al-Qur’an surat 27 ayat 79, lafalnya, “…innaka ‘alal-haqqil-mubin”, artinya, “…sesungguhnya engkau (wahai Muhammad saw) berada di atas al-haqq (kebenaran) yang nyata”. Dan yang ada pada Muhammad saw adalah as-sunnah.

Sementara itu as-sunnah adalah al-islam dan al-islam adalah al-haqq yang berasal dari Allah, maka tentu Muhammad saw itu berada di atas al-haqqu. Dan dikatakan pula dalam Al-Qur’an surat 36 ayat 3-4, lafalnya, “ innaka laminal-mursalin. ‘ala shirotim mustaqim”, artinya, “ Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad saw) benar-benar (salah seorang diantara) para Rosul. (Yang berada) diatas ash-shirothol-mustaqim (jalan yang harus ditegakkan) “. Dan yang ada pada Muhammad saw adalah as-sunnah.

Sementara itu as-sunnah adalah al-islam dan al-islam adalah “ashirothol-mustaqim” yang merupakan “ash-shiroth” (jalan) (yang ditentukan dan ditetapkan) Alloh, maka tentu Muhammad saw berada di atas “ash-shirothol-mustaqim” (jalan yang harus ditegakkan). Sementara itu Muhammad saw telah bersabda, lafalnya, “ man ‘amila ‘amalan laisa ‘alaihi amruna fa huwa roddun “, artinya, “ Barang siapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah/urusan (tidak ada contohnya) pada kami (yakni Muhammad saw dan para sahabat ra) maka (amalan tersebut) tertolak “ (HR Muslim dari Aisyah ra).

Dan sementara itu pula Muhammad saw telah bersabda, lafalnya, “…wa iyyakum wa muhdatsatil-umur fa inna kulla muhdatstin bid’atun wa kulla bid’atin dholalatun”, artinya, “ …dan berhati-hatilah (janganlah) kalian membuat perkara-perkara baru (dalam ad-din) karena setiap perkara baru (dalam ad-din) adalah bid’ah dan setiap bid’ah a dalah kesesatan “ (HR Tirmidzy dan Abu Dawud dari Irbadh bin Sariyyah ra).

Kedua sabda Muhammad saw ini menegaskan bahwa al-islam, yang berasal dari Alloh itu, seluruhnya ada di dalam as-sunnah.
..................................................................................................................................................................

Muhammad saw dan para sahabat ra adalah sekelompok orang yang paling tahu al-islam karena kepada mereka al-islam itu (melalui Al-Qur’an dan penjelasannya) turun dan karenanya pula mereka dipuji oleh Allah dengan sebutan “khoiru ummah” (umat yang terbaik) (QS 3 ayat 110). Sebutan itu diberikan bukan karena kemajuan sains dan tehnologi atau apa, tapi lebih disebabkan oleh karena mereka meyakini dan mengamalkan al-islam dengan sebaik-baiknya.
..................................................................................................................................................................

Kita yang hidup di zaman sekarang ini mengetahui al-islam hanya dari Al-Qur’an dan as-sunnah yang tercatat di dalam hadits-hadits (kabar-kabar) yang shohih (yang valid). Sehingga kita bisa tahu suatu keyakinan dan perbuatan itu Islami atau bukan kalau kita tahu banyak tentang Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shohih. Kalau suatu keyakinan dan perbuatan itu ada dasarnya dalam Al-Qur’an dan hadits yang shohih itu pasti keyakinan dan perbuatan yang Islami, bila tidak dari mana bisa disebut Islami.

Sumber: Totok Kusmardiyanto (kompasiana.com)

Senin, 07 Mei 2012

'vuya bomba'

 

...syair lagu ini, menceritakan sesuatu ‘rasa kecintaan dan kebanggaan’....
...rasa cinta, atas sebuah produk, yg dihasilkan dari ‘tangan-tangan’ terampil keluarga saya...
...randa.., ri-vani, ri-tavaili, ri-donggala, ri-nunu, ri-tavanjuka, ri-mamboro, ri-banggai, ri-poso,ri-pamona, ri-kulawi, ri-balantak, dll..
....produk kebanggaan 'vuya sabe' atau nama trend-nya, sarung donggala.....


............................................................................................................................
...mungkin saat ini, produk (sarung donggala), sudah terlupakan........
...dan lebih parah lagi,,,namanya kini, tergantikan dengan ‘batik bomba’.....
............................................................................................................................

....padahal....vuya bomba “tidak sama”, dengan  ‘batik’ bomba.....
....sebab, vuya bomba adalah :  .............

Vuya sabe kami to kaili
Vuya pontanu randa ri tavaili
Notolelemo tona nombasani
Vuya pontanu randa rivani

Ane komiu mosumomba
Kana rakeni vuya bomba
Mbamo komiu ringata ntona
Kana kami ratora-tora

Kana raali mauaga sabala
Vuya sangana sarung donggala
Ane raelo vuya ni pobalu
Kakavamo ranga komiiu ri Palu
......(by. Masriani).....

Minggu, 06 Mei 2012

"paradigma ilmu versi Islam"



Islamisasi Sains bukan dalam pelabelan ayat-ayat Al-Quran dan hadis.Adaptasi dan asimilasi ke dalam nilai-nilai budaya reigius Islam. Sistem epistemologi saja tak cukup.  Teori pengetahuan yang membicarakan tentang sumber dan cara mendapatkan pengetahuan yang dibangun para filosof  dan ilmuwan Barat itu betapapun berpengaruh dalam pengembangan peradaban manusia, dianggap mengabaikan nurani dan intuisi manusia.

Dalam sejarahnya, sistem epistemologi Barat ini bergulir pada pasca Abad Pertengahan dan zaman Renaisans, terutama sejak masa Rene Decrates, yang dipandang sebagai "Bapak Filsafat Barat Modern".  Paradigma epistemologi Barat bercorak rasionalistik-positivistik indrawi menempatkan manusia cuma sebagai mahluk fisik-kimia yang tidak peduli nilai-nilai spiritual.  Pandangan ini menyingkirikan Tuhan sebagai Pencipta.  Seluruh proses alam dipandang hanya kebetulan, tak ada campur tangan Tuhan.

Dalam bangunan filsafatnya, Decrates menekankan akal itu sebagai sumber ilmu pengetahuan dan menjadikannya sebagai tujuan akhir.  Segala hal yang bersifat abstrak dan tidak dapat dipikirkan secara logika bukanlah ilmu pengetahuan.

Epistemologi barat sebagai sebuah sistem yang sangat mendominasi pada abad ini telah menjadi ancaman bagi kemanusiaan, betatapapun penting posisi akal sebagai sumber ilmu, dia membutuhkan alat bantu yang disebut hati atau intusisi yang dalam bentuk teritingginya disebut wahyu.

Intuisi memiliki keunggulan memahami banyak hal yang tak dapat dilakukan akal.  Akal tidak mamapu memahami pengalaman-pengalaman eksistensial; akal tidak bisa mengerti mengapa ada tempat atau waktu tertentu yang dianggap sakral oleh orang-orang tertentu.  Akal juga tidak bisa menangkap sinyal dari langit.  Semua ini hanya dapat dilakukan oleh hati (qalb).  Otoritas hati sebagai sumber pengetahuan ini mendapatkan pijakan kukuh dalam Islam.
 
Pengalaman mimpi ini amat membantu kita dalam memamahi pengalaman mistik yang sering  diklaim para sufi ataupun filosof.  Mereka yang telah menembus batas-batas dunia fisik bisa mengalami hal yang tak dapat dipahami oleh akal sebagaimana dalam epistemologi Barat.  Pengalaman mistik adalah riil dan sejati bukan ilusi.  Pandangan ini amat membantu dalam memahami pengalaman kenabian.

Akibat lebih luas dari paradigma epistemologi Barat yag rasionalistik-positivistik ini, terjadilah sekularisme ilmu pengetahuan yang memandang ilmu netral. Setidaknya kita dapat menolak pandangan demikian dan menyatakan ilmu tidak bisa berkembang secara mandiri tanpa dipengaruhi nilai-nilai budaya dan agama, bahkan oleh situasi politik dan ekonomi.

Sedikit banyak, orientasi, penekanan, corak, bahkan perkembangan ilmu dipengaruhi keyakinan pribadi ilmuwan-ilmuwannya.  Karena perkembangan ilmu kini didominasi orang-orang Barat yang memiliki corak sekular, maka pengembangannya pun terkait erat dengan latar belakang budaya mereka yang sekular tersebut. Ini tantangan epistemologi Islam.  Karena itu perkembangan epistemologi Barat tersebut perlu diarahkan dengan melakukan Islamisasi sains. 

Namun Islamisasi  bukan hanya dalam bentuk pelabelan sains dengan ayat-ayat Al-Quran atau hadis, melainkan adaptasi dan asimilasi kembali masuk ke dalam nilai-nilai budaya religius Islam...

 sumber:
(kutipan: p)

'hujan"

 

 

...hujan merupakan salah satu perkara terpenting bagi kehidupan di muka bumi. Ia merupakan sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas di suatu tempat. Hujan–yang memiliki peranan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia–disebutkan pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an mengenai informasi penting tentang hujan, kadar dan pengaruh-pengaruhnya.

 ....................................................................................................................................................

...“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf, (43):11)

....................................................................................................................................................

...“kadar” yang disebutkan dalam ayat ini merupakan salah satu karakteristik hujan. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah siklus seimbang menurut “ukuran” tertentu.

................................................................................................................................................

...pengukuran lain yang berkaitan dengan hujan adalah mengenai kecepatan turunya hujan. Ketinggian minimum awan adalah sekitar 12.000 meter.

...ketika turun dari ketinggian ini, sebuah benda yang yang memiliki berat dan ukuran sebesar tetesan hujan akan terus melaju dan jatuh menimpa tanah dengan kecepatan 558km/jam.

..tentunya, objek apapun yang jatuh dengan kecepatan tersebut akan mengakibatkan kerusakan. Dan apabila hujan turun dengan cara demikian, maka seluruh lahan tanaman akan hancur, pemukiman, perumahan, kendaraan akan mengalami kerusakan, dan orang-orang pun tidak dapat pergi keluar tanpa mengenakan alat perlindungan ekstra.

...terlebih lagi, perhitungan ini dibuat untuk ketinggian 12.000 meter, faktanya terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya sekitar 10.000 meter. Sebuah tetesan hujan yang jatuh pada ketinggian ini tentu saja akan jatuh pada kecepatan yang mampu merusak apa saja.

................................................................................................................................................

 

...namun tidak demikian terjadinya, dari ketinggian berapapun hujan itu turun, kecepatan rata-ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan karena bentuk tetesan hujan yang sangat istimewa.

...keistimewaan bentuk tetesan hujan ini meningkatkan efek gesekan atmosfer dan mempertahankan kelajuan tetesan-tetesan hujan krtika mencapai “batas” kecepatan tertentu. (Saat ini, parasut dirancang dengan menggunakan teknik ini).

...tak sebatas itu saja “pengukuran” tentang hujan. Contoh lain misalnya, pada lapisan atmosferis tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja turun hingga 400oC di bawah nol. Meskipun demikian, tetesan-tetesan hujan tidak berubah menjadi partikel es. (Hal ini tentunya merupakan ancaman mematikan bagi semua makhluk hidup di muka bumi.) Alasan tidak membekunya tetesan-tetesan hujan tersebut adalah karena air yang terkandung dalam atmosfer merupakan air murni. Sebagaimana kita ketahui, bahwa air murni hampir tidak membeku pada temperatur yang sangat rendah sekalipun.

......................................................................................................................................................

...bagaimana hujan terbentuk tetap menjadi misteri bagi manusia dalam kurun waktu yang lama. Hanya setelah ditemukannya radar cuaca, barulah dapat dipahami tahapan-tahapan pembentukan hujan. Pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. Pertama, “bahan mentah” hujan naik ke udara. Kemudian terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul.

...tahapan-tahapan ini secara terperinci telah tertulis dalam Al-Qur’an berabad-abad tahun lalu sebelum informasi mengenai pembentukan hujan disampaikan:

“Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum, (40):48)

 ....................................................................................................................................................

...ada  tiga tahapan yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

Tahap Pertama: “ Allah, dialah yang mengirimkan angin…..”

...gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan yang secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan partikel-partikel air tersembur ke udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini –yang kaya akan garam– kemudian terbawa angin dan bergeser ke atas menuju atmosfer. Partikel-partikel ini (disebut aerosol) membentuk awan dengan mengumpulkan uap air (yang naik dari lautan sebagai tetesan-tetesan oleh sebuah proses yang dikenal dengan “JebakanAir”) di sekelilingnya.

Tahap Kedua : “…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadi bergumpal-gumpal…..”

 

...awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena tetesan-tetesan air di sini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01-0,02 mm), awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup oleh awan.

Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun.”

...partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Sehingga, tetesan-tetesan tersebut, yang menjadi lebih berat dari udara, meninggalkan awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

 .....................................................................................................................................................

Setiap tahap dalam pembentukan hujan disampaikan dalam Al-Qur’an. Terlebih lagi, tahapan-tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang benar. Seperti halnya fenomena alam lain di dunia, lagi-lagi Al-Qur’an lah yang memberikan informasi yang paling tepat tentang fenomena ini, selain itu, Al-Qur’an telah memberitahukan fakta-fakta ini kepada manusia berabad-abad sebelum sains sanggup mengungkapnya.

 

Referensi :

- www.harunyahya.com